Faham Wahabi


http://4.bp.blogspot.com/-4B_D01NQXWM/TzpdLF2C4oI/AAAAAAAAAj4/LYcHH6DcdIg/w1200-h630-p-k-no-nu/stop+wahabi.jpg
FAHAM WAHABI
(Diambil dari Kitab: ‘Aqoidu Ahlus Sunnah Wal Jama’ah karya Guru Mulia KH Ahmad Abdul Hamid – Kendal , halaman 37-42 , diterbitkan tahun 1971)

Kanjeng Nabi Muhammad SAW bersabda: “ Fitnah itu akan datang dari sana. Fitnah itu akan datang dari sana.” Kanjeng Nabi isyarat ke arah timur (Negeri Najd berada di arah timur Negeri Madinah).

Kanjeng Nabi juga bersabda: “Akan keluar manusia dari arah Timur (NEGERI NAJD). Mereka membaca Al Quran tetapi tidak melewati tenggorokan. Mereka keluar dari agama (FAHAM AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH) sebagaimana keluarnya panah dari ujung busurnya TIDAK AKAN KEMBALI LAGI PADA FAHAM AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH) sebagaimana tidak kembalinya panah kepada busur tersebut”.

Kanjeng Nabi bersabda, “ Ya Allah, semoga Engkau memberi berkah kepada kami yang berada di negeri Syam. Ya Allah, semoga Engkau memberi berkah kepada kami yang berada di negeri Yaman.” Para Sahabat bertitah: “ Ya Rosulullah, Anda tidak meneruskan mendoakan bagi negeri Najd?” Kanjeng Nabi bersabda, “ Di sana tempat kegoncangan agama dan akan datang fitnah-fitnah”.

Pembangun faham Wahabi bernama “Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab”. Lahir di Kabilah Bani Tamim (Negeri Najd) tahun 1694 - 1765 M, usia 71 tahun. Mulai menuntut ilmu dari ayahandanya sendiri (Syaikh Abdul Wahab adalah Ulama Sholih).

Juga meneruskan mencari ilmu di Makkah dan Madinah. Diantaranya beguru kepada Al ‘Allamah Syaikh Muhammad Sulaiman Al Kurdy, bermadzhab Syafi’ie, pengarang Kitab Hawasyi Syarah Bafadl. Juga berguru kepada Al ‘Allamah Syaikh Muhammad Hayat As Sindy, ulama madzhab Hanafi. Dan juga berguru kepada ulama-ulama yang lain.

Setelah pandai, ia tidak sefaham dengan orang tuanya dan juga dengan para gurunya. Malah bertentangan itikad dan fahamnya. Ia meneruskan faham Syaikh Ibnu Taymiyah (Lahir tahun 1263 M- wafat 1338M usia 65 tahun) yang fahamnya bertentangan dengan Ahlus sunnah wal jama’ah.

Guru-gurunya sudah memperingatkan,” Anak ini akan menjadi orang alim yang akan menyesatkan orang banyak, dan disesatkan oleh Gusti Allah."

Ia (Muhammad Bin Abdul Wahab) setelah alim meyebarkan fatwanya di daerah asalnya (Najd) di wilayah Duriyah, Bashroh, juga ketika menjalankan ibadah haji di Makkah- Madinah .

Beberapa fatwa yang ia sebarkan:
1. Mengharamkan ziarah makam Rosulullah. Boleh datang ke Masjid Nabawi hanya untuk sholat saja.
2. Melarang pembacaan Dalailul Khoirot, Burdah dan Barzanji.
3. Melarang tawasul kepada para Nabi, Malaikat, Ulama dan Wali.
4. Melarang pembacaan kitab-kitab karangan Ulama, cukup Quran dan hadits (menurut faham pribadinya saja)
5. Melarang pembacaan qunut saat sholat subuh juga melarang pembacaan “bismillahirrohmanirrohim” pada permulaan Al Fatihah.
6. Melarang masuk ke Thoriqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah, Syathoriyah, Syadziliyah, dan semua thoriqoh yang lain.
7. Melarang ziarah kubur, tahlil dan talqin.
8. Melarang orang taqlid dan lain sebagainya.

Orang-orang yang meneruskan faham Syaikh Ibnu Taimiyah selain Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab antara lain: Syaikh Jamaluddin Al Afgani (1831-1897 M- usia 65 tahun), Syaikh Muhammad Abduh Mesir (1849-1903M – 54 tahun), Syaikh Rosyid Ridlo Mesir (1855-1933 M – 78 tahun), juga yang lain-lainnya. Faham tersebut telah tersiar di negara-negara yang berpenduduk Islam.

TANYA:
Kami orang awam jaman sekarang , supaya selamat dunia akhirat, harus ikut siapa?

JAWAB:
Harus mengikuti Para Ulama / Kyai- Kyai Ahlus sunnah wal jama’ah yang telah masyhur ke’alimannya, ibadahnya, dan wirainya. Sebagaimana perintah Gusti Allah dalam Al Quran Surat Fathir : 28, yang artinya: sesunggunya orang yang takut kepada Gusti Allah dari hambaNya yakni para Ulama.

Juga firman Gusti Allah dalam surat Al Isra’ ayat 107-109 “ Sesungguhnya orang-orang yang telah diberi ilmu sebelum turunnya Al Quran , ketika Al Quran dibacakan kepada mereka akan sungkem bersujud . Dan meraka berkata: Maha suci Tuhan Kami. Sejatinya janji Tuhan Kami pasti terlaksana. Dan mereka sungkem bersujud dengan menangis serta Al Quran tersebut menambah khusyuknya.

Juga tersebut dalam hadits: Abi Hafsh bercerita, beliau mendengar dari Sahabat Anas Bin Malik bertitah, Kanjeng Nabi bersabda: Padanan Ulama di bumi adalah sebagaimana bintang-bintang di langit yang digunakan sebagai petunjuk (sinarnya) di waktu gelapnya daratan dan lautan. Ketika bintang tersebut pudar maka mengkhawatirkan orang yang mengambil petunjuk tersebut akan tersesat.

Dari Sahabat Utsman bertitah: Kanjeng Nabi telah bersabda: Ada 3 golongan yang akan memberi syafaat kelak di hari Kiamat: (1) Para Nabi, (2) Para Ulama, (3) Para Syuhada.

Tersebut juga dalam Hadits Bukhori Kanjeng Nabi bersabda: Manusia kelak di hari kiamat digiring (dikumpulkan) bersama orang yang dicintainya (golongannya ketika hidup di dunia).

Dialih bahasakan oleh :

Shuniyya Ruhama
Pengajar Ponpes Tahfidzul Quran Al Istiqomah Weleri-Kendal
Previous
Next Post »