“Carilah ilmu walaupun sedikit tetapi bermanfaat,karena hakekat orang yang bodoh manakala ia senang dalam menuntut ilmu,tetapi sama sekali ilmu yang dia peroleh tidak bisa menjadikan manfaat dalam kehidupannya sendiri.” Sebelum kita menelusuri lebih jauh,setidaknya kita memahami sebenarnya seperti apa yang dinamakan ilmu yang bermanfaat???
Ya…ilmu yang bermanfaat ialah sinar yang cahayanya meluas dalam dada,
dan membuka penutup hati. Karena ilmu yang bermanfaat ialah mengenal Dzat ALLAH,sifat-sifat,serta Asma(nama)&perbuatan ALLAH. Dan juga mengerti bagaimana mengabdi diri kepada ALLAH serta beradab kepadaNya. Tentunya jika ilmunya itu bermanfaat untuk dirinya sendiri pasti juga akan bermanfaat ntuk orang lain. Karena dengan ilmunya ia bisa membedakan mana yang baik,mana yang buruk,mana yang mengamalkan ilmu dengan ikhlas,dan mana yang mengamalkan ilmu dengan kesombong an.
Abul Qasim Al-Junaid ditanya: “Apakah ilmu yang berguna itu??” jawabnya: “Ialah yang menunjukkan engkau kepada ALLAH,dan menjauhkan diri dari menurutkan hawa nafsu&syahwatmu.” Dan seperti apa yang menurutkan hawa nafsu??? Ya…hawa nafsu karena kesombongan,ujub,riya,takabbur
dan lain-lain.
Ingatlah ilmu itu akan jauh lebih bermanfaat apabila ia dapat mendekatkan manusia kepada ALLAH yang sama sekali tidak terhijab oleh indahnya dunia dan menjauhkan dari kesombongan diri. Lihatlah kita sendiri teman…sebelum kita melihat orang lain,sudah benarkah kita,sebelum kita membenarkan orang lain???
Bagaimana mungkin kita menyuruh orang lain bertahajjud misalnya… sedangkan kita tiap malam begitu enggan beranjak dari tempat tidur&selimut hangat kita???
Apakah ini ilmu yang bermanfaat buat diri kita sendiri,sedang hanya akan bermanfaat untuk orang lain??
Bagaimana mungkin kita menyuruh orang lain berdzikir kepada ALLAH,sedangkan kita sering mengingat dunia&menyebut nama selainNya???
Bagaimana mungkin kita menyuruh orang lain mengingat tentang kematian,sedangkan hati kita sendiri sama sekali tidak bergetar tatkala mendengar namaNya???
Bagaimana mungkin kita menyuruh orang lain senantiasa untuk bershalawat,sedangkan hati kita masih sering tidak selaras untuk mengagungkan kemuliaan beliau,dan mengaku pencinta Nabi sedangkan sunnah-sunnah&akhlak beliau tidak bisa menjadi teladan bagi kita.
Bagimana mungkin kita menyuruh orang lain untuk melakukan puasa sunnah&membaca Al-Qur’an,sedangkan kita juga belum tentu ikhlas dalam menjalankan puasa,dan kita juga masih lebih suka membaca majalah,Koran,bahkan obrolan yang banyak menjadikan kita lalai dengan obrolan yang tidak bermanfaat,contohnya dalam Facebook.
Apakah ini semua yang dinamakan ilmu yang kita harapkan bermanfaat,sedangkan itu semua tidak bisa manfaat buat diri kita??? Kita seringkali lalai,yang hanya selalu melihat orang lain sehingga kita lebih dahulu dinilai oleh orang lain. Kita seringkali lalai yang hanya terlalu memikirkan dunia,sehingga kita lupa dengan apa yang pernah kita serukan kepada orang lain.
Inilah dunia yang bisa menjadi ladang kerusakan,terlebih untk jiwa kita jika salah dalam mengambil langkah . disinilah tempat kita menyombongkan diri,merasa ingin dipuji,padahal ilmu ini tidak akan ada apa-apanya,apalagi jika ilmu itu tidak pernah masuk dalam akal&merasuk kedalam qalbu. Kenapa kita merasa senang jika dipanggil Guru&jabatan kita diketahui banyak orang,padahal tingkah laku kita sering tidak mencerminkan seorang pendidik yang baik???
Kenapa kita merasa bangga dengan sebutan Ustadz/Ustadzah,jikalau akhlaq kita sering melanggar syari’at&jauh dari kata teladan???
Kenapa kita merasa menjadi ahli kitab/seorang Hafidz yang mahir,padahal ilmu kita hanya berisi kesombongan&terkadang kita juga tidak memahami makna&maksud dari ayat yang kita hafalkan???
Kenapa kita merasa amalan kita sempurna,jika orang lain telah mengetahui bahwa kita adalah ahli puasa&ahli b’ibadah,padahal semua amalan itu hanyalah jalan untuk Riya’&Ujub.
Ingatlah….kemuliaan seseorang bukan hanya tingginya ilmu,tetapi karena ketakwaannya. Dalam islam,orang yang tahu tetapi tidak melaksanakan ilmunya,maka dipandang sebagai tidak tahu. Jadi antara amalperbuatan&lisannya haruslah seimbang. Seseorang yang menyerukan amalan-amalan,baik lewat catatan tausiyahnya dalam FB misalnya,juga haruslah memahami bahwa setiap kata adalah nasihat,dan setiap kalimat adalah amanat. Jika kita memilih jalan ini maka kita juga harus tahu konsekuensinya. Bahwa amal perbuatan&lisannya haruslah seimbang,artinya ilmu yang kita sampaikan juga haruslah bermanfaat untuk diri kita dahulu,barulah bermanfaat untuk orang lain,seperti Dawuhnya Romo Kyai diatas… Rasul bersabda dari Abi Mas’ud ra bahwa: “Barang siapa menunjukkan kepada kebaikan,maka akan memperoleh pahala seperti yang melaksanakannya.” Tetapi… dalam surat As-Saff ayat 3 berbunyi: “Alangkah besarnya dosa dihadapan ALLAH bila kamu mengucapkan(mengajak) sesuatu yang tidak kamu lakukan.” Jadi…janganlah menilai seseorang dari pembicaraannya saja,tetapi lihatlah realita hidupnya. Kita juga haruslah menyadari bahwa hidup didunia hanyalah sementara,karena kesenangan dunia adalah sementara,seharusnya kita menyadari bahwa dunia adalah tempat beramal,sedangkan akhirat adalah tempat memanen.
Semoga bermanfaat untuk menghantarkan kita menjadi manusia baru sebelum berfikir,berucap&melangkah.
Mohon maaf jika dalam kata&kalimat ada yang tidak berkenan,karena ini hanyalah bahan introspeksi diri&sebuah iklan.
sumber : Kang muslimin